JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jakarta, Annelia Sari Sani mengatakan ketika seseorang memiliki value atau nilai bahwa harga dirinya yang utama tercoreng, maka apa pun bisa dilakukan. Dalam kondisi seseorang yang sedang tertekan, maka hal kecil bisa menjadi pemicu amarah.
Di sisi lain, menurut Anne bisa jadi sang ibu juga menerima kekerasan, namun sulit melawan karena tidak memiliki penghasilan sendiri atau tidak ada tempat tinggal lain.
Seorang ayah di Penjaringan, Jakarta Utara, tega membanting anaknya, A yang berusia 10 tahun hingga tewas. Usmanto tega menganiaya anaknya lantaran mendapat aduan dari tetangga yang anaknya tidak sengaja tertabrak sepeda milik A. Diketahui, A merupakan anak penyandang disabilitas.
Annelia Sari Sani mengatakan secara sosial ada yang disebut bystander apathy atau sikap apatis oleh orang-orang sekitar yang hanya menonton dan tidak menolong korban.
Dari pengamatan Anne, dilihat dari tempat terjadinya kasus tersebut adalah lingkungan orang-orang yang terpinggirkan. Sehingga mungkin saja ada pemikiran jika selama ini tidak ada yang membela mereka, kenapa harus membela orang lain?
Anne menduga, bisa saja aksi kekerasan tersebut bukan kejadian pertama kali. Pembiaran kesadisan terjadi, karena dianggap selama ini ujungnya baik-baik saja.
Simak dialog Rosianna Silalahi bersama Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jakarta Annelia Sari Sani. Saksikan dalam ROSI eps. Anak Bukan untuk Disiksa di kanal youtube KompasTV.
Link: https://www.youtube.com/watch?v=yxFqFwiv148
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/471911/ayah-banting-anak-hingga-tewas-ini-pemicunya-kata-psikolog-rosi